BAB 3
BERPIKIR INDUKTIF
Induktif
Induksi
adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu kesimpulan(Inferensi). Proses penalaran juga
disebut sebagai corak berpikir yang ilmiah.
Proses
penalaran induktif dapat dibedakan atas bermacam-macam variasi yaitu:
generalisasi, hipotese dan teori, analogi induktif, kausal dan sebagainya.
Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual
untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua
fenomena.
1. Loncatan induktif
Dalam
loncatan induktif suatu fenomena belum mencerminkan seluruh faktayang ada.
Fakta-faktatersebut yang digunakan dianggap sudah mewakili seluruh persoalan
yang diajukan. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai
loncatan dari sebagian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampaui kemungkinan yang diberikan oleh ebidensi itu.
2. Tanpa loncatan induktif
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Perbedaan generalisasi dengan loncatan induktif dengan tanpa loncatan induktif terletak pada persoalan jumlah fenomena yang diperlukan.
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Perbedaan generalisasi dengan loncatan induktif dengan tanpa loncatan induktif terletak pada persoalan jumlah fenomena yang diperlukan.
Generalisasi
merupakan proses yang biasa dilakukan oleh setiap orang. Generalisasi pada
kebanyakan orang terjadi karena pengalama, maka jarang seorang awam memikirkan
adanya proses jalan pikiran yang bersifat induktif yang tercakup didalamnya.
Generalisasi bagi orang awam adalah suatu proses berfikir yang mendahului
penyelidikan atas fenomen-fenomena yang khusus dala jumlah yang cukup banyak
untuk menuju pada suatu kesimpulan umum mengenai semua hal yang terlibat.
Sebaliknya bagi seorang peneliti generalissasi harus didahului bukan mendahului
penyelidikan atas sejumlah fenomena. Ia harus mengadakan observasi,
penyelidikan dengan penuh kesadaran dan bersikap objektif untuk sampai kepada
sebuag generalisasi.
Pengujian
atau evaluasi generalisasi terdiri dari:
1) Harus diketahui apakah sudah cukup banyak jumlah peristiwa yang diselidiki
sebagai dasar generalisasi (ciri kuantitatif).
2)
Apakah peristiwa merupakan contoh yang baik (ciri kualitatif).
3) Memperhitungkan kecualian yang tidak sejalan dengan generalisasi.
4) Perumusan generalisasi harus absah.
Hipotese dan teori
Hipotese
adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk
menerangkan fakta-fakta tertentu dalam penuntuk dalam penelitian fakta lebih
lanjut. Sebaliknya teori merupakan hipotese yang relatif lebih kuat sifatnya
bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas yang umum dan abstrak yang
diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan
fenomena-fenomena yang ada. Hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat
sementara mengenai sebab-sebab atau relasi fenomena-fenomena, sedangkan teori
merupakan hipotese yang telah diuji dan dapat diterapkan pada fenomena yang
relevan atau sejenis.
Untuk
merumuskan hipotese yang baik perhatikan ketentuan berikut:
1)
Memperhitungkan semua evidensi yang ada
2) Bila tidak ada alasan lain, maka antara dua hipotesa yang mungkin diturunkan,
lebih baik memilih hipotesa yang sederhanan daripada yang rumit.
3) Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman
manusia
4) Hipotese buka hanya menjelaskan fakta-fakta yang membentuknya,tetapi harus
menjelaskan fakta faktasejenis yang belum diselidiki.
Analogi
Analogi
induktif adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus
yang mirip satu sama lain. Analogi
sebagai suatu proses penalaran yang menurunkansuatu kesimpulan berdasarkan
kesamaan aktual antara dua hal dapat diperinci lagi untuk tujuan berikut:
1)
Untuk meramalkan kesamaan
2)
untuk menyingkapkan kekeliruan
3)
untuk menyusun sebuah klarifikasi
hubungan kasual
pada
umumnya hubungan kasual dapat berlangsung dalam tiga pola berikut: sebak ke
akibat, akibat ke sebab, akibat ke akibat.
a)
Sebab ke akibat
Hubungan
sebab ke akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai
sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju kepada suatu kesimpulan
sebagai efek atau akibat yang terdekat.
b)
Akibat ke sebab
Hubungan akibat ke sebab merupakan suatu proses berfikir yang induktif juga dengan berolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.
Hubungan akibat ke sebab merupakan suatu proses berfikir yang induktif juga dengan berolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.
c)
Akibat ke akibat
Proses
penalaran yang berproses dari suatu akibat menuju suatu akibat yang lain, tanpa
menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat.
Induksi dalam metode eksposisi
Pada
hakikatnya semua metode merupakan proses penalaran yang dapat dimasukan dalam
salah satu corak penalaran utama.
Metode
identifikasi merupakan perumusan katagorial mengenai faktayang diketahui
mengenai suatu obyek garapan.
Metode
perbandingan bisa mencakup penalaran yang induktif maupun deduktif.
Metode
klarifikasi mencakup kedua-duanya. Bila klarifikasi bertolak dari pengelompokan
kedalam suatu kelasberdasarkan ciri yang sama, maka ia merupakan induksi.
Dengan
demikian metode yang telah diuraikan dalam eksposisi sekaligus jugadapat
dimanfaatkan dalam argumentasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar