# 1
Sumarlin: Sistem Ekonomi Indonesia
Bertentangan dengan Pancasila
Laporan:
Sabtu, 16 February 2013 | 13:56 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Mantan Kepala Badan Perencanaan
dan Pembangunan Nasional JB Sumarlin mengatakan sistem ekonomi nasional saat
ini cenderung menuju pasar bebas, liberal dan individualistis yang sangat
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
"Pancasila tidak lagi menjadi acuan kehidupan berbangsa dan bernegara
bidang politik, ekonomi dan sosial budaya," kata Sumarlin saat meluncurkan
dua bukunya dan memperingati ulang tahun ke-8- di Jakarta, Sabtu (16/2).
Hadir dalam acara itu Wakil Presiden Boediono, Ibu Herawati Boediono, mantan
Presiden BJ Habibie, mantan Wapres Jusuf Kalla, serta sejumlah pejabat tinggi
negara era Orde Baru.
Menurut Sumarlin, pemerintah saat ini seharusnya mencari cara agar pembangunan
nasional berjalan terus, lancar dan di atas rel yang benar sesuai dengan
mukadimah UUD 45. "Kita ingin terus membangun ekonomi yang
Pancasialis," tukasnya.
Menurut Sumarlin, pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6% per tahun hingga lebih
memang patut disyukuri dan itu diharapkan bisa terus berlangsung asalkan tidak
ada kegaduhan politik.
"Tapi ada kelemahannya yaitu jumlah kemiskinan masih tinggi juga
kesenjangan sosial yang masih besar. Ada kecenderungan ekonomi liberal,
individual dan pasar bebas," katanya.
Dikatakan, bisa saja ekonomi nasional saat ini liberal dan pasar bebas tapi
semua harus sesuai dengan Pancasila dan UUD 45 khususnya pasal 33.
Sumarlin menilai agar tidak menjadi masalah yang lebih besar lagi maka gerakan
pemantapan Pancasila harus digalakkan kembali dan digairahkan terus.
"Perlu dipikirkan kembali digalakkan Pancasila. Kalau situasi ini terus
dibiarkan dan sasaran pembangunan keliru bisa jadi negara tidak lagi
berdasarkan kerakyatan, kekeluargaan dan gotong royong. Itu bertentangan dengan
jiwa UUD 45," kata Sumarlin. (Ant/Nav)
Sumber:
Komentar
dari Kelompok 8:
- Desyria Pratiwi (21212913)
System ekonomi Indonesia saat ini
memang tidak lagi berjalan sesuai dengan Pancasila maupun UUD 1945. Pertumbuhan
ekonomi yang naik pun, masih saja membuat kesenjangan social didalam masyarakat
semakin tinggi/besar. Sistem perekonomian Indonesia sekarang lebih mengacu pada
individualisme semata (rakyat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin
miskin). Semestinya Sistem Perekonomian Indonesia itu bersifat kerakyatan,
kekeluargaan dan gotong royong sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
- Isna Hardiani (23212849)
Memang benar saat ini hampir semua system dan bidang Negara cenderung
bebas,. Pancasila dan UUD 1945 pun kadang tidak di acuhkan lagi dan tidak
dijadikan landasan/ acuan hukum. Kalau dibiarkan terus-menerus maka Negara akan
menjadi Negara yang bebas tidak lagi berdasarkan UUD 1945 dan pancasila yang
berlaku, maka Negara pun tidak akan makmur.
- Mira Rusmayanti (24212596)
Di era sekarang ini pancasila tidak lagi menjadi acuan kehidupan
berbangsa dan bernegara di bidang politik ekonomi dan social budaya. Memang ekonomi
Negara kita meningkat tapi tingkat kemiskinan juga meningkat, kriminalitas dan
penggangguran juga meningkat kerusuhan dimana-mana karena tidak di terapkannya
pancasila. Masyarakat tidak paham isi dari makna atau arti dari pancasila itu
sendiri maka dari itu pemerintah harus sesuaikan ekonomi kita sesuai pancasila
dan UUD 1945 supaya tidak adanya kekeliruan di bidang ekonomi kita. Begitu pula
bidang pembangunan tingkatkan pembangunan ekonomi agar supaya pengangguran
.berkurang dan kriminalitas juga berkurang sesuai yang masyarakat harapkan.
- Putri Eka Ayu (25212762)
Perekonomian di Indonesia saat ini sudah tidak sesuai dengan system ekonomi
yang berasaskan pancasila & UUD’45. Mungkin masyarakat Indonesia sudah
melupakan yang berasaskan pancasila. Sehingga cenderung kepada pasar bebas,
individualitas. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6% per tahun. Sudah cukup
baik, tapi jika lebih akan bertambah jumlah kemiskinan dan semakin besar
kesenjangan social. Maka dari itu perekonomian yang berasaskan pada pancasila,
harus ditegakan kembali di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar